Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 19 Oktober 2014

Harga Karet Anjlok, Pekerja Deres Terancam Dirumahkan

Tidak ada komentar :
KISARAN| Dampak menurunnya harga karet secara dratis dipasaran dunia dan di tingkat petani, dimana harganya kini berkisar Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per kg berimbas pada pekerja deres.
Jika kondisi itu berlanjut, bukan tidak mungkin pengusaha  karet merumahkan para pekerjanya. Demikian dikatakan Ketua APINDO Asahan Ir Suryandi kepada SUMUT24, Minggu (19/10/2014).

Menurutnya, langkah itu pasti dilakukan pengusaha karet di Kabupaten Asahan menyusul kurang membaiknya harga karet dipasaran dunia, dimana untuk biaya ongkos produksi tidak mampu menutupi harga jual, sehingga diambil kebijakan seperti itu.

"Namun apabila harga karet dipasaran dunia sudah membaik para karyawan pastilah akan kembali dipekerjakan seperti semula. Saat ini harga karet sudah pada titik sangat terendah yakni di tingkat petani hanya Rp3 ribu per kilonya," ujarnya.

Dikatakan Suryandi, dirinya berharap kepada seluruh pengusaha karet yang ada di Kabupaten Asahan yang mempekerjakan ribuan karyawan, jangan karena harga karet anjlok pada titik terendah menjadi alasan pihak pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan.

Ditambahkannya, bagaimana dari dampaknya penurunan harga karet yang anjlok sampai titik terendah, dicarikan solusi jalan tengahnya, dalam hal ini peranan pemerintah sangat dibutuhkan untuk mencari solusi terbaiknya untuk segera berbuat demi kebaikan karyawan dan pengusaha karet, seperti menciptakan industri dalam negeri untuk menciptakan bahan jadi, bukan menjual bahan mentah.

"Sehingga kalau harga karet anjlok, para karyawan tidak menjadi kambing hitam untuk dirumahkan, "terangnya.
Lebih lanjut menurutnya, kita berharap pemerintah ikut memantau pemasaran yang dilakukan para spekulan-spekulan yang selama bermain langsung, sehingga tidak berdaya pemerintah untuk mengatasi para spekulan-spekulan ini membuat kita harus mengelus dada dari ketidak berdayaan pemerintah mengatasi para spekulan.

"Apalagi 2015 sekitar bulan Juni kita sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tingkat persaingannya semangkin tinggi. Apabila pemerintah tidak cepat mengambil kebijakkan-kebijakkan, dengan menyiapkan pelatihan-pelatihan dan pendidikan maka para karyawan kita akan tersingkir, oleh persaingan dengan masuknya para karyawan dari luar Indonesia, bekerja di Indonesia. Hal ini bisa saja terjadi, karena kita sudah menandatangani kesepakatan. (Bens)

Editor :Suheri

Tidak ada komentar :

Posting Komentar